Jumat, 11 Desember 2015

Sinopsis MAGIC HOUR (2015)



Sutradara
Asep Kusdinar
Produser
Sukhdev Singh, Wicky V. Olindo
Pemain
Dimas Anggara, Michelle Ziudith, Rizky Nazar, Nadya A. Pramudita

SINOPSIS MAGIC HOUR
MAGIC HOUR merupakan film drama romantis Indonesia yang diadaptasi dari novel berjudul Magic Hour: Let In The Unexpected karya Tisa TS. & Stanley Meulen. Film ini diproduksi olehScreenplay Production dan disutradarai oleh Asep Kusdinar.
MAGIC HOUR akan dibintangi oleh Dimas Anggara, Michelle Ziudith, Rizky Nazar, Maeeva Amin, Meriam Bellina, Anisa Rahma (eks Cherry Belle), dan Surya Saputra.
MAGIC HOUR bercerita tentang kisah cinta Raina (Michelle Ziudith) seorang gadis pengantar bunga dan Dimas (Dimas Anggara) pria kaya yang cuek terhadap wanita di film MAGIC HOUR.
Kehadiran sosok Dimas yang tidak direncanakan bagaikan magic hour, momen penuh keajaiban yang mampu melepas rasa sedih, membuka mata dan menerangi jalan yang ditempuh Raina.
Sayangnya rasa suka yang dirasakan Raina terhadap Dimas, justru membuatnya bimbang, bahkan panik! Karena ada cinta lain yang menantinya sejak kecil, yaitu cinta sahabatnya, Toby (Rizky Nazar). Raina tidak mau kehilangan Toby, tapi dia sadar sudah menyakitinya. Sementara Dimas sendiri bukanlah pria yang tepat untuk Raina. Dimas sudah dijodohkan oleh ibunya dengan Gweny (Nadia Arina), yang tidak lain adalah sahabat Raina. Lagi-lagi cinta Raina harus dibenturkan pada pilihan antara cinta atau persahabatan.
Namun cinta bukanlah cinta jika tidak melalui sebuah ujian. Begitupun cinta Raina dan Dimas. Ketika mereka berjuang menyatukan cinta, semakin banyak tragedi yang memisahkan. Dapatkan Raina dan Dimas memperjuangkan cinta sejati untuk selamanya, ketika keadaan bersikap tidak adil terhadap kehidupan?
Sumber:
http://movie.co.id/

Rabu, 09 Desember 2015

Sejarah Festival Film Indonesia



      Festival Film Indonesia (FFI) merupakan ajang penghargaan tertinggi bagi dunia perfilman di Indonesia. FFI pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955 dan berlanjut pada tahun 1960 dan 1967 (dengan nama Pekan Apresiasi Film Nasional), sebelum akhirnya mulai diselenggarakan secara teratur pada tahun 1973.
Mulai penyelenggaraan tahun 1979, sistem Unggulan (Nominasi) mulai dipergunakan. FFI sempat terhenti pada tahun 1992, dan baru diselenggarakan kembali tahun 2004. Pada perkembangannya, diberikan juga penghargaan Piala Vidia untuk film televisi.
   Pada tahun 1966 mulai diberikan Piala Citra kepada pemenang penghargaan. Piala Citra yang dipergunakan hingga FFI 2007 ini merupakan hasil rancangan dari seniman patung (Alm) Sidharta. Ketika FFI yang semula diselenggarakan Yayasan Film Indonesia (YFI) diambil alih oleh pemerintah, tahun 1979, Piala Citra pun disahkan oleh Menteri Penerangan masa itu, yaitu Ali Murtopo.
    Citra sendiri yang berarti ‘bayangan’ atau ‘image’ awalnya adalah sebuah sajak karya Usmar Ismail. Sajak ini kemudian dijadikan sebagai karya lagu oleh Cornel Simanjuntak. Berikutnya Usmar Ismail menjadikannya sebagai sebuah film. Dalam tradisi FFI, Citra kemudian dijadikan nama piala sebagai simbol supremasi prestasi tertinggi untuk bidang perfilman.
Sebelumnya ada beberapa nama yang diusulkan untuk Piala ini yaitu:
  • Citra (Bayangan Wajah)
  • Mayarupa (Bayangan yang Terwujudkan)
  • Kumara (Cahaya Badan)
  • Wijayandaru (Cahaya Kemenangan)
  • Wijacipta (Kreasi Besar)
  • Prabangkara (Nama Ahli Sungging Majapahit)
  • Mpu Kanwa (Nama Sastrawan Majapahit)
    Pada FFI 2008 mulai digunakan Piala Citra bentuk baru. Sejumlah seniman seni  rupa dan seni patung bekerja membuat rancangan Piala Citra dengan memodifikasi desain Piala Citra yang terwujud selama ini yaitu Heru S. Sudjarwo, S.Sn (Kordinator), Prof. Drs. Yusuf Affendi MA, Drs. H. Dan Hisman Kartakusumah, Indros Sungkowo dan Bambang Noorcahyo, S.Sn.[3] Rancangan baru ini akan menjadi simbol bagi semangat baru penyelenggaraan FFI.
    Mulai FFI 2014, desain Piala Citra dikembalikan ke desain asalnya dengan sedikit sentuhan dari pematung terkenal Dolorosa Sinaga.

PROFIL JOWO ANWAR


BIOGRAFI
 Joko Anwar adalah sutradara film yang lahir di Medan pada 3 Januari 1976. Joko pernah menjadi kritikus film dan penulis lepas untuk harian The Jakarta Post. Joko masuk di dunia perfilman saat mewawancarai Nia Dinata untuk korannya, produser dan sutradara perempuan ini sangat terkesan dan mengajaknya untuk bekerja sama sebagai penulis skenario film ARISAN (2003) yang akhirnya sukses secara komersil dan mendapat pujian dari banyak kritikus.

Pada 2007 dia menjadi sutradara dan penulis film "Kala", sebuah allegori politis tentang Indonesia. "Kala" yang mengukuhkan posisi Joko di perpetaan film dunia berhasil memberikan Joko beberapa penghargaan, antara lain Best Film di Berlin Asia Hotshot Film Festival, dan Jury Prize di New York Asian Film Festival. Selain diputar di lebih dari 30 festival termasuk di London, Brussels, dan Vancouver, "Kala" juga ditasbihkan sebagai salah satu film terbaik dunia tahun 2007 oleh majalah film terbesar dan bergengsi Sight & Sound Magazine, Inggris, yang juga menyebutnya sebagai salah satu filmmaker tercerdas di Asia.

Selain menulis skenario untuk disutradarainya sendiri, Joko Anwar juga menulis skenario untuk sutradara lain, termasuk film komedi Quickie Express yang memenangkan "Best Film" di Jakarta International Film Festival pada tahun 2008 dan Jakarta Undercover. Dua film tersebut juga sukses secara komersial. Joko juga menulis skenario film Fiksi yang mendapat pujian dari para kritikus internasional dan memenangkan banyak penghargaan, antara lain "Film Terbaik" dan "Skenario Terbaik" di Festival Film Indonesia 2008.
Film Joko Anwar selanjutnya adalah Pintu Terlarang yang dirilis pada tahun 2009. Film ini adalah sebuah film thriller psikologis yang juga mendapat pujian dari para kritikus. Kritikus Richard Corliss dari majalah TIME menulis, "Cerdas sekaligus sakit, film ini bisa jadi kartu panggilan buat Joko Anwar sebagai sutradara kelas dunia, kalau saja para petinggi Hollywood menginginkan sesuatu yang lain dari produk mereka yang itu-itu saja". Dia juga menyebutkan bahwa film ini merupakan "contoh sejauh apa film bisa dibuat tapi jarang mencoba".  Maggie Lee dari The Hollywood Reporter menulis bahwa film Joko Anwar ini akan "membuat Hitchcock dan Almodovar bangga", dan menyebutkan bahwa "Joko Anwar memberikan film horor-suspens yang menakutkan ini dengan serangkaian penghargaan kepada para pembuat film terkemuka secara menakjubkan".  Film ini juga telah masuk dalam seleksi beberapa festival film internasional terkemuka, termasuk di antaranya International Film Festival Rotterdam, New York Asian Film Festival, dan Dead by Dawn. Pintu Terlarang juga memenangkan penghargaan tertinggi sebagai film terbaik di Puchon International Fantastic Film Festival 2009.
PENDIDIKAN
  • SMA Negeri 1 Medan,
  • Wheeling Park High School, West Virginia, USA,
  • Institut Teknologi Bandung, Teknik Penerbangan (1999)
KARIR
  • Kritikus film
  • Sutradara
  • Sineas film



PENGHARGAAN
  • 2005    Janji Joni jadi “Best Movie” di MTV Indonesia Movie Award
  • 2007    Kala mendapat penghargaan sebagai film terbaik dan Joko sebagai sutradara tercerdas Asia tahun itu dari majalah inggris Sight & Sound.
  • 2008    Fiksi menjadi film terbaik dan skenario terbaik FFI 2008
  • 2009    Pintu Terlarang mendapatkan penghargaan tertinggi sebagai film terbaik di Puchon International Fantastic Film Festival 2009
  • 2011    Modus Anomali memenangkan penghargaan Bucheon Award di ajang Network of Asian Fantastic Films (NAFF)
SUMBER:
 https://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Anwar
http://profil.merdeka.com/indonesia/j/joko-anwar/